Bakcang, menurut legendanya sudah ada sejak belasan abad yang lalu sekitar abad ke-3 sampai 4 masehi. Bakcang juga digunakan dalam perayaan festival perahu naga yang setiap tahun diadakan. Legenda bakcang sangat erat dengan kisah seorang penyair Cina, Qu Yuan yang juga merupakan salah satu orang penting bagi Kerajaan Chu pada masa Dinasti Selatan dan Utara (420M-589M). Masyarakat menggunakan bakcang untuk mempengringati Qu Yuan yang amat dihormati ini. Bakcang merupakan beras ketan yang berisi aneka bahan makanan lainnya dan dibungkus dengan daun. Bahan tambahan yang digunakan bisa berbeda-beda di tiap daerah.
Qu Yuan merupakan orang yang sangat patriotik, saat itu kerajaan Chu sudah hampir hancur. Ia merasa gagal karena negaranya menghampiri kehancuran. Pada tahun lunar bulan 5 hari ke 5, Qu Yuan menenggelamkan dirinya dengan batu besar di dalam Sungai Mi Luo. Kematian Qu Yuan membuat rakyat Chu sedih, mereka sering datang ke tepi sungai untuk bersembahyang. Bulan 5 hari ke 5 diperingati oleh rakyat dengan melemparkan nasi yang diisi ke dalam bambu sebagai persembahan kepada Qu Yuan sebagai tanda hormat.
Tahun demi tahun berlalu, lalu seorang tetua bermimpi kedatangan Qu Yuan di tepi sungai dan menanyakan tentang persembahan rakyat kepada Qu Yuan. Namun Qu Yuan menjelaskan bahwa ikan-ikan di sungai ternyata memakan persembahan-persembahan itu sehingga Qu Yuan tidak menerimanya. Ia lalu menyarankan untuk membunugkus nasi itu dengan daun dan membentuknya seperti tanduk untuk menakut-nakuti ikan-ikan di sungai. Saran Qu Yuan melalui mimpi tetua itu pun diikuti oleh rakyat. Nasi yang dibungkus dengan daun dan membentuk tanduk itu adalah bacang yang kita kenal hingga saat ini.
Namun, pada suatu malam, tetua itu kembali bermimpi kedatangan Qu Yuan. Qu Yuan berterima kasih karena persembahan rakyat sampai kepadanya. Akan tetapi, ternyata sebagian persembahan itu masih dimakan oleh ikan-ikan dan makhluk air lainnya. Qu Yuan menjelaskan kalau makhluk-makhluk air di sungai itu semuanya menuruti Raja Naga. Setelah terbangun dari mimpinya, tetua itu pun mendapat ide untuk membuat perahu naga. Hingga kembali pada Bulan 5 hari ke 5 tahun itu dibuatlah banyak perahu-perahu yang menyerupai naga dan bakcang dipersembahkan dari atas perahu naga agar ikan-ikan tidak berani menyentuhnya karena dianggap milik Raja Naga. Perahu-perahu itu yang kemudian menjadi perahu naga yang kita kenal hingga saat ini.
Qu Yuan merupakan orang yang sangat patriotik, saat itu kerajaan Chu sudah hampir hancur. Ia merasa gagal karena negaranya menghampiri kehancuran. Pada tahun lunar bulan 5 hari ke 5, Qu Yuan menenggelamkan dirinya dengan batu besar di dalam Sungai Mi Luo. Kematian Qu Yuan membuat rakyat Chu sedih, mereka sering datang ke tepi sungai untuk bersembahyang. Bulan 5 hari ke 5 diperingati oleh rakyat dengan melemparkan nasi yang diisi ke dalam bambu sebagai persembahan kepada Qu Yuan sebagai tanda hormat.
Tahun demi tahun berlalu, lalu seorang tetua bermimpi kedatangan Qu Yuan di tepi sungai dan menanyakan tentang persembahan rakyat kepada Qu Yuan. Namun Qu Yuan menjelaskan bahwa ikan-ikan di sungai ternyata memakan persembahan-persembahan itu sehingga Qu Yuan tidak menerimanya. Ia lalu menyarankan untuk membunugkus nasi itu dengan daun dan membentuknya seperti tanduk untuk menakut-nakuti ikan-ikan di sungai. Saran Qu Yuan melalui mimpi tetua itu pun diikuti oleh rakyat. Nasi yang dibungkus dengan daun dan membentuk tanduk itu adalah bacang yang kita kenal hingga saat ini.
Namun, pada suatu malam, tetua itu kembali bermimpi kedatangan Qu Yuan. Qu Yuan berterima kasih karena persembahan rakyat sampai kepadanya. Akan tetapi, ternyata sebagian persembahan itu masih dimakan oleh ikan-ikan dan makhluk air lainnya. Qu Yuan menjelaskan kalau makhluk-makhluk air di sungai itu semuanya menuruti Raja Naga. Setelah terbangun dari mimpinya, tetua itu pun mendapat ide untuk membuat perahu naga. Hingga kembali pada Bulan 5 hari ke 5 tahun itu dibuatlah banyak perahu-perahu yang menyerupai naga dan bakcang dipersembahkan dari atas perahu naga agar ikan-ikan tidak berani menyentuhnya karena dianggap milik Raja Naga. Perahu-perahu itu yang kemudian menjadi perahu naga yang kita kenal hingga saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar