Suatu produk pangan harus selalu dijaga mutunya, buruknya mutu akan langsung merusak kepercayaan konsumen terhadap perusahaan dan menjatuhkan perusahaan. Aturan-aturan mengenai penjagaan mutu pangan di Indonesia diatur oleh BPOM, dalam skala internasional diatur oleh beberapa organisasi-organisasi misalya seperti ISO dan HACCP.
Mutu suatu produk pangan dapat dipengaruhi oleh banyak sifat/predikat secara langsung maupun tidak langsung. Sifat/predikat yang menentukan mutu produk ada internal (seperti kandungan gizi, daya tahan simpan, rasa, aroma, warna, tekstur, pengemasan, kebersihan) maupun eksternal (seperti merk, sertifikasi, komposisi, peraturan dan harga).
Pertama adalah kandungan gizi yang baik, pangan yang baik tidak hanya mempunyai rasa yang enak dan mengenyangkan saja, tetapi juga harus memiliki gizi yang baik. Suatu produk pangan yang akan dijual harus mempunyai daya tahan simpan yang baik, pada entri sebelumnya sudah dibahas tentang beberapa cara dan metode yang dapat digunakan untuk pengawetan makanan.
Suatu produk pangan juga harus disukai oleh konsumennya, memiliki rasa yang baik, aroma yang mengundang, dan warna yang memikat. Produk yang dijual juga harus memiliki tekstur yang baik. Pada dasarnya, produsen harus mengetahui selera pasar yang dituju. Produk pangan juga harus seragam/konsisten dan terkontrol kualitasnya, tidak berubah-ubah, misalnya produk A yang dijual pada hari ini harus memiliki rasa, aroma, warna, dan tekstur yang sama dengan produk A yang dijual pada hari esok, minggu berikutnya, bulan berikut, maupun tahun berikutnya.
Pengemasan produk juga harus selalu dijaga, dan perlu diingat, sebaik apapun suatu produk pangan yang diproduksi, nilainya akan turun secara drastis apabila pengemasan dieksekusi dengan buruk. Pengamasan yang buruk dapat berpengaruh langsung terhadap kualitas produk pangan, lebih parah lagi dapat merusak produk pangan dan menjadi tidak layak konsumsi.
Kebersihan segala sesuatu yang berkaitan langsung maupunu tidak langsung dengan produk dan bahan pangan harus diperhatikan mulai dari kebersihan bahan pangan itu sendiri, kebersihan kemasan, sampai kebersihan lingkungan tempat produksi produk pangan itu sendiri harus dijaga.
Selain sifat/predikat internal, ada juga eksternalnya. Brand/merk, nama suatu perusahaan akan sangat mempengaruhi kecenderungan konsumen untuk memilih produk pangan, karena pangan merupakan produk yang langsung berkenaan dengan tubuh dan konsumen tentu tidak akan sembarang memilih suatu produk pangan, oleh karena itu penting bagi perusahaan/produsen untuk menjaga mutu pangannya dan mempertahankan citra perusahaannya. Selain merk, sertifikasi juga mempengaruhi citra suatu perusahaan produk pangan.
Komposisi yang terkandung dalam produk pangan juga dapat mempengaruhi selera masyarakat, misalnya ada produk pangan yang mempunyai rasa, aroma, warna, dan tekstur yang menarik, tetapi ternyata mengandung bahan yang tidak lazim bagi target pasar, maka tetap selera pasar akan menurun meskipun ketidak laziman tersebut tidak dirasakan secara langsung oleh konsumen.
Di manapun kita berada, pasti selalu ada peraturan di tempat itu. Peraturan yang tidak menguntungkan bagi suatu perusahaan dapat sangat menjatuhkan mutu dan citra perusahaan tersebut. Misalnya suatu perusahaan produk pangan menggunakan daging sapi sebagai bahan utama pada produknya, tetapi ketika perusahaan tersebut membuka cabang di negara lain yang tidak mengijinkan adanya penggunaan daging sapi maka perusahaan harus mengganti daging sapi dengan alternatif lain yang mungkin akan menurunkan rasa, dan menghasilkan tekstur yang tidak sesuai, maka mutu produk pangan tersebut menjadi tidak begitu baik.
Harga secara tidak langsung dapat mempengaruhi suatu produk pangan atau setidaknya mempengaruhi pola pemikiran konsumen. Misalnya saja, di beberapa daerah ada paradigma “harga menentukan kualitas” yang mempengaruhi pola pikir masyarakat untuk mengkonsumsi produk pangan yang mempunyai harga tinggi. Atau sebaliknya, masyarakat cenderung membeli produk pangan dengan harga yang lebih mudah terjangkau sehingga terjadi persaingan harga di antara beberapa perusahaan.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi sifat/predikat mutu suatu produk pangan. Proses mempengaruhi banyak hal, pengelolaan produk pangan dengan proses yang baik dan tepat dapat menjaga kualitas dan kandungan gizi yang terkandung di dalamnya dan menghasilkan rasa, aroma, warna, dan tekstur sesuai dengan yang diharapkan. Proses pengemasan juga harus selalu dipantau untuk memastikan tidak adanya kerusakan kemasan yang dapat merusak citra perusahaan. Pada dasarnya, segala proses yang terjadi mulai dari pengadaan bahan pangan itu sendiri sampai ke proses pendistribusian ke tangan konsumen dapat sangat mempengaruhi banyak predikat mutu pangan.
Komposisi, bahan dasar dan bahan tambahan lainnya juga dapat mempengaruhi langsung produk pangan. Bahan pangan yang digunakan sebaiknya menggunakan kualitas yang baik dengan kandungan gizi yang bai pula, dan bahan pangan itu hendaknya bias menciptakan rasa, aroma, warna alami, dan tekstur yang sesuai dengan selera pasar.
Penyimpanan juga merupakan salah satu hal yang sangat krusial dalam mempengaruhi predikat mutu pangan tersebut, jika semua proses yang dilakukan sudah terekskusi dengan baik, tetapi penyimpanan –baik penyimpanan sebelum sampai ke tangan konsumen maupun penyimpanan sesudah sampai di tangan konsumen– dilakukan dengan buruk, tentu akan merusak mutu produk. Misalnya saja, suatu produk pangan harus disimpan dan dirawat berkala dengan baik sebelum sampai ke tangan konsumen. Untuk penyimpanan setelah sampai ke tangan konsumen misalnya, susu yang sudah dikemas dengan baik oleh perusahaan dapat bertahan hingga sampai 5 hari, tetapi setelah dibuka harus disimpan dalam lemari pendingin dan tidak akan mempunyai daya simpan hingga 5 hari lagi.
Mutu suatu produk pangan dapat dipengaruhi oleh banyak sifat/predikat secara langsung maupun tidak langsung. Sifat/predikat yang menentukan mutu produk ada internal (seperti kandungan gizi, daya tahan simpan, rasa, aroma, warna, tekstur, pengemasan, kebersihan) maupun eksternal (seperti merk, sertifikasi, komposisi, peraturan dan harga).
Pertama adalah kandungan gizi yang baik, pangan yang baik tidak hanya mempunyai rasa yang enak dan mengenyangkan saja, tetapi juga harus memiliki gizi yang baik. Suatu produk pangan yang akan dijual harus mempunyai daya tahan simpan yang baik, pada entri sebelumnya sudah dibahas tentang beberapa cara dan metode yang dapat digunakan untuk pengawetan makanan.
Suatu produk pangan juga harus disukai oleh konsumennya, memiliki rasa yang baik, aroma yang mengundang, dan warna yang memikat. Produk yang dijual juga harus memiliki tekstur yang baik. Pada dasarnya, produsen harus mengetahui selera pasar yang dituju. Produk pangan juga harus seragam/konsisten dan terkontrol kualitasnya, tidak berubah-ubah, misalnya produk A yang dijual pada hari ini harus memiliki rasa, aroma, warna, dan tekstur yang sama dengan produk A yang dijual pada hari esok, minggu berikutnya, bulan berikut, maupun tahun berikutnya.
Pengemasan produk juga harus selalu dijaga, dan perlu diingat, sebaik apapun suatu produk pangan yang diproduksi, nilainya akan turun secara drastis apabila pengemasan dieksekusi dengan buruk. Pengamasan yang buruk dapat berpengaruh langsung terhadap kualitas produk pangan, lebih parah lagi dapat merusak produk pangan dan menjadi tidak layak konsumsi.
Kebersihan segala sesuatu yang berkaitan langsung maupunu tidak langsung dengan produk dan bahan pangan harus diperhatikan mulai dari kebersihan bahan pangan itu sendiri, kebersihan kemasan, sampai kebersihan lingkungan tempat produksi produk pangan itu sendiri harus dijaga.
Selain sifat/predikat internal, ada juga eksternalnya. Brand/merk, nama suatu perusahaan akan sangat mempengaruhi kecenderungan konsumen untuk memilih produk pangan, karena pangan merupakan produk yang langsung berkenaan dengan tubuh dan konsumen tentu tidak akan sembarang memilih suatu produk pangan, oleh karena itu penting bagi perusahaan/produsen untuk menjaga mutu pangannya dan mempertahankan citra perusahaannya. Selain merk, sertifikasi juga mempengaruhi citra suatu perusahaan produk pangan.
Komposisi yang terkandung dalam produk pangan juga dapat mempengaruhi selera masyarakat, misalnya ada produk pangan yang mempunyai rasa, aroma, warna, dan tekstur yang menarik, tetapi ternyata mengandung bahan yang tidak lazim bagi target pasar, maka tetap selera pasar akan menurun meskipun ketidak laziman tersebut tidak dirasakan secara langsung oleh konsumen.
Di manapun kita berada, pasti selalu ada peraturan di tempat itu. Peraturan yang tidak menguntungkan bagi suatu perusahaan dapat sangat menjatuhkan mutu dan citra perusahaan tersebut. Misalnya suatu perusahaan produk pangan menggunakan daging sapi sebagai bahan utama pada produknya, tetapi ketika perusahaan tersebut membuka cabang di negara lain yang tidak mengijinkan adanya penggunaan daging sapi maka perusahaan harus mengganti daging sapi dengan alternatif lain yang mungkin akan menurunkan rasa, dan menghasilkan tekstur yang tidak sesuai, maka mutu produk pangan tersebut menjadi tidak begitu baik.
Harga secara tidak langsung dapat mempengaruhi suatu produk pangan atau setidaknya mempengaruhi pola pemikiran konsumen. Misalnya saja, di beberapa daerah ada paradigma “harga menentukan kualitas” yang mempengaruhi pola pikir masyarakat untuk mengkonsumsi produk pangan yang mempunyai harga tinggi. Atau sebaliknya, masyarakat cenderung membeli produk pangan dengan harga yang lebih mudah terjangkau sehingga terjadi persaingan harga di antara beberapa perusahaan.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi sifat/predikat mutu suatu produk pangan. Proses mempengaruhi banyak hal, pengelolaan produk pangan dengan proses yang baik dan tepat dapat menjaga kualitas dan kandungan gizi yang terkandung di dalamnya dan menghasilkan rasa, aroma, warna, dan tekstur sesuai dengan yang diharapkan. Proses pengemasan juga harus selalu dipantau untuk memastikan tidak adanya kerusakan kemasan yang dapat merusak citra perusahaan. Pada dasarnya, segala proses yang terjadi mulai dari pengadaan bahan pangan itu sendiri sampai ke proses pendistribusian ke tangan konsumen dapat sangat mempengaruhi banyak predikat mutu pangan.
Komposisi, bahan dasar dan bahan tambahan lainnya juga dapat mempengaruhi langsung produk pangan. Bahan pangan yang digunakan sebaiknya menggunakan kualitas yang baik dengan kandungan gizi yang bai pula, dan bahan pangan itu hendaknya bias menciptakan rasa, aroma, warna alami, dan tekstur yang sesuai dengan selera pasar.
Penyimpanan juga merupakan salah satu hal yang sangat krusial dalam mempengaruhi predikat mutu pangan tersebut, jika semua proses yang dilakukan sudah terekskusi dengan baik, tetapi penyimpanan –baik penyimpanan sebelum sampai ke tangan konsumen maupun penyimpanan sesudah sampai di tangan konsumen– dilakukan dengan buruk, tentu akan merusak mutu produk. Misalnya saja, suatu produk pangan harus disimpan dan dirawat berkala dengan baik sebelum sampai ke tangan konsumen. Untuk penyimpanan setelah sampai ke tangan konsumen misalnya, susu yang sudah dikemas dengan baik oleh perusahaan dapat bertahan hingga sampai 5 hari, tetapi setelah dibuka harus disimpan dalam lemari pendingin dan tidak akan mempunyai daya simpan hingga 5 hari lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar