Jumat, 09 Desember 2016
Rendang : The Treasure of Minangkabau
Senin, 05 Desember 2016
Pempek
Pempek merupakan salah satu makanan yang banyak ditemukan di sekitar masyarakat. Makanan tersebut berasal dari sumatera selatan, dengan pusat di Palembang. Makanan khas tersebut dengan berbahan utama dari ikan yang sudah dihaluskan dengan memakai sagu, bawang putih halus, penyedap rasa seperti garam, maupun dengan menggunakan telur. Pempek disajikan dengan saus berwarna coklat yang disebut cuko yang didihkan dengan gula merah, ebi, cabe rawit tumbuk, bawang putih, dan garam. Kegunaan cuko dibuat untuk menambah rasa nafsu makan seseorang, tetapi seiring bertambahnya waktu cuko juga banyak ditemukan dalam rasa manis. Bahan utama dalam membuat pempek tersebut adalah daging ikan, sagu, telur ayam, air matang, dan garam. Pempek memliki beberapa jenis seperti pempek kapal selam yang merupakan jenis pepek paling terkenal, kemudian ada pempek telur, pempek keriting, pempe kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek belah, pempek panggang, pempek lenggang, dll.
Masyarakat Palembang sebagian besar beragama islam, dan awal mulanya pempek berasal dari akulturasi kebudayaan kuliner oleh pedangang china ke Palembang yang berupa bakso, namun bakso tersebut berbahan dasar daging yang tidak halal untuk dikonsumsi bagi masyaraakt Palembang. Palembang juga merupakan daerah penghasil ikan dan tanaman sagu yang cukup besar. Pada awal mulanya sekitar tahun 1617, di sungai musi terdapat ikan yang sangat berlimpah dan masih belum dimanfaatkan oleh masyarakt dengan baik, namun seorang apek yang berusia 65 tahun mencoba untuk mengolah dan mencampurkan daging ikan giling dengan menggunakan bahan dasar berupa sagu, setelah itu ia mendapatkan makanan dengan khas yang baru dan awalnya disebut sebagai kelesan. Kelesan kemudian diperdagangkan keliling, dan pada saat itu Kelesan banyak digemari oleh masyarakat Palembang. Masyarakat banyak memanggilnya sebagai apek atau pek, setelah pempek banyak digemari maka panggilan tersebut beredar, sehingga akhirnya disebut sebagai empek-empek atau pempek. Nama empek-empek atau pempek berasal dari sebutan "Apek" atau "Pek-pek", yaitu sebutan untuk paman atau lelaki tua dari keturunan Chinnese. Maka sejak tahun 1920’an kelesan dikenal dengan istilah pempek pada masyarakat Palembang, dan dibawa oleh masyarakat Palembang yang merantau ke luar daerah, dan makanan secara tidak langsung berkembang dan merupakan makanan favorit yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia.
Senin, 28 November 2016
Pa'Piong
Pa'Piong merupakan makanan khas dari Tana Toraja. Secara tradisional, pa'piong biasa disajikan dalam jumlah yang cukup banyak dan disajikan pada acaa-acara adat. Pa'piong secara unik dimasak dengan bambu. Sebelum dimasukkan ke dalam bambu, bahan-bahan terlebih dahulu dicampurkan dan bumbu diratakan. Daging yang digunakan juga merupakan daging dalam potongan atau cabikan kecil-kecil. Daging-daging beserta bahan-bahan lain dan bumbu yang akan disantap dimasukan ke dalam bambu kemudian dibakar. Pada pemasakan yang masih tradisional, biasanya bambu dimasak menggunakan bara api. Pemasakan pa'piong ini tidak terlalu lama, hanya perlu menunggu hingga daging-daging matang. Kematangan merata dijaga dengan membalik-balikkan bambu sehingga bagian bambu yang terkena api tidak hanya pada satu sisi saja. Pada saat akan disantap, daging pada bambu bisa dikeluarkan dan disajikan di atas piring.
Senin, 14 November 2016
Sie Reuboh
Salah satu makanan khas budaya aceh adalah Sie Reuboh yang secara harafiah berarti daging rebus. proses pembuatan Sie Reuboh bisa dikatakan cukup mudah. Daging yang biasanya daging sapi atau kerbau dicampurkan dengan bumbu-bumbunya yaitu merica, garam, kunyit, lengkuas dan campuran dari cabai, bawang merah dan putih yang telah diblender. Campuran daging dan bumbu kemudian diaduk dan diratakan, kemudian diamkan dalam lemari pendingin selama 1 jam atau lebih (boleh juga didiamkan hingga berhari-hari). Untuk dapat disajikan bisa dipanaskan tanpa minyak dan tanpa tambahan air (boleh ditambahkan air sesuai selera namun tidak sampai terlalu basah) dengan api kecil hingga sedang dan ditambahkan cuka gampong khas daerah Aceh. Pemanasan dilakukan hingga daging berwarna agak kecoklatan. Penyajian juga bisa dengan penggorengan setelah pemanasan.
Senin, 07 November 2016
Western Style Table Manner
Dalam penyajian makanan, ada 3 jenis yaitu, buffet atau biasa dikenal dengan prasmanan, jamuan keluarga, dan penyajian dengan set menu. Penyajian buffet berarti. Pada jamuan keluarga, hidangan disajikan secara massal di meja makan untuk dinikmati oleh semua orang yang ada di meja tersebut. Pada penyajian set menu, terdapat 5 set menu yang umumnya ada yaitu, hidangan pembuka, salad, sup, hidangan utama, dan hidangan penutup.
Penyajian dengan western style mempunyai peralatan makan yang tidak sesederhana dengan penyajian makanan di asia. Budaya barat terutama eropa tidak lepas dari roti. Terdapat 1 piring khusus untuk memakan roti yang biasa ditempatkan di samping hidangan utama dilengkapi dengan 1 pisau yang fungsinya hanya untuk mengoles mentega pada roti dan roti dimakan dengan tangan. Hidangan utama dan salad disantap dengan pisau dan garpu namun pisau-garpu untuk salad biasanya lebih kecil dari pada pisau-garpu untuk hidangan utama, sementara soup disantap dengan sendok. Peletakan peralatan makan biasanya diletakkan berurutan menurut urutan penyajiannya. Peralatan yang diletakkan paling luar atau paling mudah dijangkau tangan merupakan perlatan makanan yang diperuntukkan untuk hidangan yang akan disajikan di awal, berurutan hingga peralatan yang disiapkan untuk makanan penutup diletakkan paling dalam.
Pada saat menyantap jamuan, hanya sampai batas pergelangan tangan yang ada di dalam area meja makan. Kepala juga sebaiknya tidak ada di atas meja makan, karena ada peralatan makan, sebaiknya makanan yang menghampiri mulut, bukan sebaliknya. Jika sudah selesai, isyarat bisa diberikan pada waiter umumnya dengan cara meletakkan peralatan makan yang telah digunakan miring ke arah jam 5, dan meletakkan sendok sup di luar mangkuk sup. Pada saat menikmati sup, sup sebaiknya tidak menetes di meja makan.
Senin, 31 Oktober 2016
Masak Rendang
Rendang merupakan makanan yang berasal dari Minang, Sumatra. Rendang umumnya dibuat dengan daging kerbau atau sapi. Pada dasarnya rendang merupakan bentuk lebih "gulai". Jika dilihat dari prosesnya, pada mulanya rendang akan terlihat seperti gulai, kemudian menjadi kari, lalu akan menjadi kalio yang penampakannya seperti rendang hanya saja sangat berkuah, dan akhirnya mengering dan menjadi rendang. Untuk merendang daging sendiri sebenarnya tidak sulit namun membutuhkan kesabaran, dan kesungguh-sungguhan karena memakan waktu yang cukup lama. Proses pertama untuk memasak rendang adalah pencampuran semua rempah dan bumbunya, lalu tambahkan santan yang menjadi ciri khas rendang, lalu tambahkan daging, dan tunggu hingga santan mengering dengan api sedang.
Minggu, 09 Oktober 2016
Legenda di Balik Bakcang
Bakcang, menurut legendanya sudah ada sejak belasan abad yang lalu sekitar abad ke-3 sampai 4 masehi. Bakcang juga digunakan dalam perayaan festival perahu naga yang setiap tahun diadakan. Legenda bakcang sangat erat dengan kisah seorang penyair Cina, Qu Yuan yang juga merupakan salah satu orang penting bagi Kerajaan Chu pada masa Dinasti Selatan dan Utara (420M-589M). Masyarakat menggunakan bakcang untuk mempengringati Qu Yuan yang amat dihormati ini. Bakcang merupakan beras ketan yang berisi aneka bahan makanan lainnya dan dibungkus dengan daun. Bahan tambahan yang digunakan bisa berbeda-beda di tiap daerah.
Qu Yuan merupakan orang yang sangat patriotik, saat itu kerajaan Chu sudah hampir hancur. Ia merasa gagal karena negaranya menghampiri kehancuran. Pada tahun lunar bulan 5 hari ke 5, Qu Yuan menenggelamkan dirinya dengan batu besar di dalam Sungai Mi Luo. Kematian Qu Yuan membuat rakyat Chu sedih, mereka sering datang ke tepi sungai untuk bersembahyang. Bulan 5 hari ke 5 diperingati oleh rakyat dengan melemparkan nasi yang diisi ke dalam bambu sebagai persembahan kepada Qu Yuan sebagai tanda hormat.
Tahun demi tahun berlalu, lalu seorang tetua bermimpi kedatangan Qu Yuan di tepi sungai dan menanyakan tentang persembahan rakyat kepada Qu Yuan. Namun Qu Yuan menjelaskan bahwa ikan-ikan di sungai ternyata memakan persembahan-persembahan itu sehingga Qu Yuan tidak menerimanya. Ia lalu menyarankan untuk membunugkus nasi itu dengan daun dan membentuknya seperti tanduk untuk menakut-nakuti ikan-ikan di sungai. Saran Qu Yuan melalui mimpi tetua itu pun diikuti oleh rakyat. Nasi yang dibungkus dengan daun dan membentuk tanduk itu adalah bacang yang kita kenal hingga saat ini.
Namun, pada suatu malam, tetua itu kembali bermimpi kedatangan Qu Yuan. Qu Yuan berterima kasih karena persembahan rakyat sampai kepadanya. Akan tetapi, ternyata sebagian persembahan itu masih dimakan oleh ikan-ikan dan makhluk air lainnya. Qu Yuan menjelaskan kalau makhluk-makhluk air di sungai itu semuanya menuruti Raja Naga. Setelah terbangun dari mimpinya, tetua itu pun mendapat ide untuk membuat perahu naga. Hingga kembali pada Bulan 5 hari ke 5 tahun itu dibuatlah banyak perahu-perahu yang menyerupai naga dan bakcang dipersembahkan dari atas perahu naga agar ikan-ikan tidak berani menyentuhnya karena dianggap milik Raja Naga. Perahu-perahu itu yang kemudian menjadi perahu naga yang kita kenal hingga saat ini.
Qu Yuan merupakan orang yang sangat patriotik, saat itu kerajaan Chu sudah hampir hancur. Ia merasa gagal karena negaranya menghampiri kehancuran. Pada tahun lunar bulan 5 hari ke 5, Qu Yuan menenggelamkan dirinya dengan batu besar di dalam Sungai Mi Luo. Kematian Qu Yuan membuat rakyat Chu sedih, mereka sering datang ke tepi sungai untuk bersembahyang. Bulan 5 hari ke 5 diperingati oleh rakyat dengan melemparkan nasi yang diisi ke dalam bambu sebagai persembahan kepada Qu Yuan sebagai tanda hormat.
Tahun demi tahun berlalu, lalu seorang tetua bermimpi kedatangan Qu Yuan di tepi sungai dan menanyakan tentang persembahan rakyat kepada Qu Yuan. Namun Qu Yuan menjelaskan bahwa ikan-ikan di sungai ternyata memakan persembahan-persembahan itu sehingga Qu Yuan tidak menerimanya. Ia lalu menyarankan untuk membunugkus nasi itu dengan daun dan membentuknya seperti tanduk untuk menakut-nakuti ikan-ikan di sungai. Saran Qu Yuan melalui mimpi tetua itu pun diikuti oleh rakyat. Nasi yang dibungkus dengan daun dan membentuk tanduk itu adalah bacang yang kita kenal hingga saat ini.
Namun, pada suatu malam, tetua itu kembali bermimpi kedatangan Qu Yuan. Qu Yuan berterima kasih karena persembahan rakyat sampai kepadanya. Akan tetapi, ternyata sebagian persembahan itu masih dimakan oleh ikan-ikan dan makhluk air lainnya. Qu Yuan menjelaskan kalau makhluk-makhluk air di sungai itu semuanya menuruti Raja Naga. Setelah terbangun dari mimpinya, tetua itu pun mendapat ide untuk membuat perahu naga. Hingga kembali pada Bulan 5 hari ke 5 tahun itu dibuatlah banyak perahu-perahu yang menyerupai naga dan bakcang dipersembahkan dari atas perahu naga agar ikan-ikan tidak berani menyentuhnya karena dianggap milik Raja Naga. Perahu-perahu itu yang kemudian menjadi perahu naga yang kita kenal hingga saat ini.
Minggu, 02 Oktober 2016
Ingkung Ayam - Yogyakarta
Masyarakat Yogyakarta cukup terkenal dengan makanan-makanan yang digunakan dalam ritual-ritual dan mempunyai nilai-nilai filosofisnya, yang salah satunya adalah ayam ingkung. Ayam ingkung mulanya digunakan sebagai wujud syukur seperti selamatan atau hajatan. Namun pada masa kini, ayam ingkung bisa dinikmati karena sudah dijual di restoran-restoran maupun tempat-tempat makan di beberapa daerah.
Ayam ingkung merupakan makanan khas Yogyakarta. Ayam yang ideal untuk diolah menjadi ayam ingkung adalah ayam kampung. Ayam kampung yang diolah menjadi ayam ingkung merupakan ayam kampung utuh yang tidak dipotong-potong menjadi bagian-bagian seperti yang biasa ada di. Bumbu yang biasanya digunakan antara lain bawang merah dan bawang putih, kemiri, merica, garam dan gula, dan gula jawa yang menjadi khas ayam ingkung, ketumbar, daun sere, salam, laos, minyak tumbuhan, dan santan. Ayam ingkung biasa disantap ditemani oleh "terancam" yang terdiri dari timun, kacang panjang, cipir, tauge, urap, dan kemangi sebagai hiasan.
sumber gambar : http://www.pernikjogja.com/
Ayam ingkung merupakan makanan khas Yogyakarta. Ayam yang ideal untuk diolah menjadi ayam ingkung adalah ayam kampung. Ayam kampung yang diolah menjadi ayam ingkung merupakan ayam kampung utuh yang tidak dipotong-potong menjadi bagian-bagian seperti yang biasa ada di. Bumbu yang biasanya digunakan antara lain bawang merah dan bawang putih, kemiri, merica, garam dan gula, dan gula jawa yang menjadi khas ayam ingkung, ketumbar, daun sere, salam, laos, minyak tumbuhan, dan santan. Ayam ingkung biasa disantap ditemani oleh "terancam" yang terdiri dari timun, kacang panjang, cipir, tauge, urap, dan kemangi sebagai hiasan.
sumber gambar : http://www.pernikjogja.com/
Senin, 26 September 2016
Sekilas Mengenai Toraja
Toraja, merupakan suku yang berdiam di Sulawesi Selatan, Indonesia. Suku Toraja dikenal masih sangat kental dengan budaya dan adatnya. Toraja juga dikenal dengan rasa hormatnya pada leluhur dan orang yang telah meninggal. Orang yang telah meninggal -terutama yang merupakan orang berderajat tinggi- biasanya dilakukan upacara adat yang panjang.
Kerbau merupakan binatang yang dapat dengan mudah ditemui di bumi Toraja. Kerbau merupakan binatang yang paling banyak dijadikan pengorbanan untuk upacara-upacara dan tradisi Toraja. Dalam susunan upacara adat pengantar orang meninggal, juga terdapat pengorbanan kerbau. Sebelum kerbau dikurbankan dengan cara disembelih, kerbau akan diadu dengan kerbau lainnya yang dikenal dengan upacara Ma'Pasilaga Tedong. Adu kerbau dilakukan pada saat upacara pengantar orang meninggal. Kerbau yang dipersembahkan pada upacara ini memiliki ciri tertentu yang dapat membuatnya mempunyai nilai tertentu. Tingginya nilai dan jumlah kerbau yang dikurbankan, menunjukkan tingginya status sosial dari orang yang meninggal tersebut.
Terdapat tata cara khusus Toraja mengenai perlakuan kerbau ini. Mulai dari diarak dari peternakan kerbau, diadu dengan kerbau lain, dikuliti, dibersihkan, dibagikan hingga disantap. Kerbau-kerbau aduan yang kalah biasanya akan langsung disembelih di bagian leher. Setelah itu kerbau dikuliti, dibersihkan, dan dimasak atau dibagi-bagikan mentah. Terdapat juga rumah yang dipasang secara sementara di tempat yang strategis di mana keluarga dan orang-orang penting dapat menyaksikan seluruh prosesi.
Langganan:
Postingan (Atom)